Rabu, 31 Maret 2010
Satu hari aku memandangi suatu tempat, yang sering kau ucapkan, yang sering kau kunjungi. Aku memandangimu, berlari, keujung karang, tempat kukaramkan harapanku tentangmu. Batasan biru air, awan, kau nikmati diatas karang dengan deru ombak menghantam dindingnya. Kau bertahan. Aku tahu hatimu masih berlabuh, pada desiran rindu yang kau simpan dalam.
Pandanganku masih melekat padamu. Menderu, berkejaran memeluk tepian. Berdesir lembut bahasa kalbu. Aku menunggu disini. Ditempat biru. Batasan bumi dan langit dalam satu tepian garis.

Masih kau rasakan birunya sampai perlahan warna kuning, merah, gelap meresap.
Aku ingin berlari, berteriak, menujumu:





”aku mohon dengarkan aku, aku ada untukmu, walau masih saja kau simpan rindu mengebu-gebu pada cinta misteriusmu, dengarkah kamu??”









Tolong dengarkan bahasa yang sulit kurangkai ini,





mengertilah...





Memejam, dan menghela gemuruh desiran nafasku yang tak teratur.

Aku tergerak diam. Bahasaku tinggal rasa.



Aku pergi tak ingin kau menemukanku disini dan bertanya ada apa?
aku tak ingin berdusta 
Apa saat ini?
Harus mengakhiri rasa yang mengendap, yang melahirkan bening diatas harapan.
Apa saat ini?
Harus kusudahi mimpi tanpa kisah.
Apa saat ini?
Aku berhenti dari yang aku rasa, padanya.

aku akan....
Selasa, 30 Maret 2010
Hujan,
kamu menemaniku disini, apa kau juga ada bersamanya,
jika iya, resapilah dia dengan rinduku padanya.
Hujan
Jika iya kamu bersamanya, teteskanlah lembut getar rasa dalam hati.
Dan Katakan padanya dengan bahasa terindah yang kau punya
aku selalu rasa padanya.
Senin, 29 Maret 2010

pic:here
untukmu
masih aku rasa
walau pilu nanti yang akan berkata
walau rasa menyesak dada
masih aku rasa
untukmu
Selasa, 23 Maret 2010

Rinai






Kau teteskan lagi harapan

Aku menengadah

Kesejukan menjelma

Menyempurna rasa

Mengirup tetesan menyemai

Aroma tanah basah


Aku bahagia
Minggu, 21 Maret 2010

Sedikit tentang cahaya


Dingin.
            Teringkuk dalam..
                                      Kosong. Padam. Gelap.


 Mengamit perih.
mengamati, 
mencari
Cahaya
    Tumpah, terbang, hilang
Habis terangku

Sabtu, 20 Maret 2010


Aku bukan air
Yang mampu mengikis sebuah batu dengan lembut
Aku bukan cahaya
Yang mampu memberikan sinar untuk melangkah
Aku bukan angin
Yang mampu memberi sejuk saat gersang
Aku bukan peneduh
Yang mampu memberikan keteduhan saat lelah
Aku bukan senja
Yang menjadi syair pujangga
Aku bukan matahari
Yang mengisi relung bumi
Aku bukan bulan
Yang kau rindukan
Aku bukan wanita istimewa
Aku biasa saja
pic:here
 

Blog Template by YummyLolly.com